Kembalikan Aku ke Saat Itu…

Syawal 1425 Hijriyah.

Saat-saat penuh aktivitas yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Dimana tugas-tugas rumah tangga menumpuk. Menunggu uluran tangan seseorang yang bersedia membereskannya karena pembantu rumah tangga mudik. Berlebaran di tanah kelahirannya masing-masing.

Pagi ini Nadia mencuci piring-piring kotor bekas makan ketupat dan opor ayam. Menu khas lebaran di keluarganya. Piring-piring kotor itu segera saja menjadi bersih kembali sebelum sempat menumpuk di bak cuci piring.

Nadia memang tidak menyempatkan semua pekerjaan yang menanti menunggu terlalu lama. Selepas subuh ia sudah disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang diluar liburan menjadi tugas mbak roh karena tidak sempat ia lakukan. Menjerang air hingga menjemur pakaian. Sungguh ia berniat membantu meringankan pekerjaan bunda membersihkan rumah kala hari-hari sibuk lebaran.

Namun begitu sesungguhnya ada alasan lain diluar itu. Ibu satu anak berusia 29 tahun itu juga memanfaatkan kesibukkannya mengurus pekerjaan rumah tangga untuk melupakan sepenggal kenangannya akan syawal 5 tahun silam.

***

1 Syawal di kala itu. Rumahnya lebih ramai dari biasanya. Hampir seluruh tetangga yang tidak pulang kampung datang ke rumahnya. Saudara-saudara dekat, kerabat jauh, rekan kerjanya dan rekan kerja orangtuanya. Juga sahabat-sahabatnya tercinta. Tepat 1 Syawal 5 tahun yang lalu, ayahnya berpulang ke Rahmatullah. Tanpa tanda-tanda tertentu sebelumnya.

Serangan jantung membuat Nadia harus berpisah dengan ayah tanpa sempat meminta maaf. Bahkan tidak sempat sekadar mengatakan padanya bahwa Nadia begitu menyayanginya.

Kesibukannya sebagai magister lulusan universitas terkemuka yang baru saja kembali bekerja untuk sebuah konsultan hukum membuatnya tidak banyak memiliki waktu untuk bercengkrama dengan keluarganya. Tidak pula sempat untuk bertegur sapa dengan sang ayah.

Dalam kelelahannya kadang Nadia justru merasa terganggu dengan sapaan ramah dan penuh perhatian dari ayah. Usapan penuh sayang di kepalanya hanya disambut dengan senyum masam. Nadia merasa kesal dengan perlakuan ayah yang seakan tidak menerima kenyataan bahwa Nadia sudah dewasa. Sudah lulus kuliah dan sedang menyelesaikan pendidikannya di program magister.

Nadia merasa ayah tetap saja melihatnya sebagai bocah kecil. Anak perempuannya yang paling disayanginya.

Sebagai reaksi dari kekesalannya, Nadia lebih banyak menghindari ayah. Waktu yang sedikit dimilikinya dihabiskan untuk menyenangkan diri sendiri. Hal-hal yang dirasanya hanya akan membuatnya kesal dihindari. Termasuk ajakan ngobrol dari ayah.

Syawal 5 tahun silam. Ketika Nadia dalam keriangan acara kantor di luar kota. Ayah berpulang ke Maha Pengasih dan Penyayang. Dering ponselnya tak terdengar ditengah riuh suara sorak sorai teman-teman kantor yang sedang berkompetisi dan permainan berkelompok. Mendekatkan hati satu sama lain sesama rekan kerja.
Langit sudah menurunkan tirai jingganya tanda hari beranjak malam. Acara pun sudah usai ketika Nadia melihat pesan di ponselnya: Nad pulang. Papa sudah tidak ada. Nadia terdiam untuk beberapa saat. Tidak berani mengartikan isi pesan itu lebih jauh. Ia seperti berada dalam ruang dan waktu yang berbeda dari sepersekian detik sebelum ia membaca sms itu.

***

1 Syawal 1425 Hijriyah.

Nadia termangu dalam renungannya menjelang tidur. Bayangannya akan ayah masih saja membayangi tiap langkahnya. Terutama saat syawal kembali berbaik hati menjenguknya dari tahun ke tahun.

Malam ini ia kembali meminta maaf pada Tuhan akan apa-apa yang pernah dilakukannya pada ayah dan hal itu menorehkan luka atau kekecewaan pada hati beliau yang lapang dan dalam sehingga sanggup menerima semua itu tanpa pernah berbalik melukai hati Nadia.
Selamat Idul Fitri, ayah… Maafkan Nadia…

(Ge’)







Comments

Anonymous said…
senangnya blog si ge ini dah di up date lagi.
senangnya baca tulisan2 si ge.
jamil said…
This comment has been removed by a blog administrator.
jamil said…
to vita:

hi vit!
kasiy nama dong kalo ngisi komen
hehehe
(untung ngeh kalo ini vita)

makasiy dah mampir vit
luv u
muah!!!
fe' said…
Huaaaaa! bisa kasiyyy komen

Hmmm apa ya
Apa ya
*masih norak*

Oh iya, begini aja deh

ini blogspot datang dari teman kita Ge' di jaksel,
Bagus!

qeqeqeqeq
jamil said…
to fe:

teimakasiy...

terimakasiiiy...

*ngga enak ati dikagumi*

hahahaha

selamat datang, sist!!!
Anonymous said…
(romi) wah isinya bagus
walaupun sedih tapi bagus
mengingatkan pada banyak hal
hua...
*sedih*
hiks
jamil said…
to romi:

terimakasiy romi...
kasiy masukan dong (juga buat teman teman lain)
makin lama makin males dan garing niy nulis
hiks...

*sediy*
Anonymous said…
Delhi, Hudson Lane,Monday evening, 2 May 2005.

My dear Jamil,
On your "Kembalikan Aku ke Saat itu" of November 25, 2004. You wrote the nice things to be thought about Nadia.
We need to remind Nadia that she
don't need to be returned to the past time because whatever has happened to her life, it is happening right now and she only
lives in this time no "past and
future". I wrote you about the
new concepts of time before.
This is a true wonder of time!.
Love you always:

Orto Dehl.
jamil said…
to Man Uing:

dear ma dad...
iya,
semestinya memang kita tidak hidup dalam waktu yang lalu...

hiks...

always,

me

Popular Posts