Remembering You



Pagi itu. Saat bersiap ke rumah sakit untuk menggantikan kakak yang sedang menjaga papi sakit. Telepon rumah berdering nyaring.

Sudah sepekan ini memang papi dirawat di rumah sakit. Beliau sudah beberapa hari sebelum berangkat ke rumah sakit cegukan. Tidak berhenti-henti. Hingga suatu hari. Pulang beli ketan hitam pesanan papi saia mendapati rumah kosong. Loh mana kakak. Mana papi. Ternyata kata asisten rumah tangga saat itu, saia lupa namanya, semua pergi, antar papi ke rumah sakit. Oh, ok. Pikir saia. Memang sebaiknya papi berkonsultasi sama pihak yang berwenang. Ditangani ahlinya gitulah. Keesokan harinya saia mulai bergantian menemani papi selama beliau dirawat.

(Sumber: Internet)


Telepon itu tadi dari kakak saia. Mengabarkan kalau papi sudah tidak ada. Saia langsung tahu kalau maksud kakak saia papi sudah meninggal dunia, maka dari itu saia diberitahu. Agar tahu.

Saia tercenung sejenak. Untuk kemudian mengakhiri percakapan dan meletakkan kembali telepon pada tempatnya. Saia segera ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan saia banyak bertanya pada diri sendiri. Apakah ini benar terjadi? Papi yang gagah, galak dan riang pembawaanya itu sudah ngga ada lagi? Papi bisa meninggal dunia? Papi kan jagoan, kok bisa-bisanya meninggal dunia, sih. Saia saat itu melihat semua yang terlewati asing. Seperti tidak saia kenali sebelumnya. Padahal sudah seminggu ini saia setiap hari lewati, baik saat berangkat maupun saat pulang dari menemani papi di rumah sakit. Semua jadi aneh. Papi meninggal dunia. Dan saia masih saja ada perasaan aneh. Semacam tidak percaya.

sampai di ruangan dimana papi dirawat saia lihat kakak saia sedang menangis. Di tempat tidur saia lihat papi tidur. Tapi karena sudah dikasih tahu sebelumnya sama kakak saia, saia pun tahu kalau itu papi bukan tidur, melainkan sudah tidak lagi bernyawa. Sudah selesai urusannya di dunia ini. Papi sudah berpulang ke Rahmatullah. Kembali ke Allah Swt.

Papi memang tampak sedang tidur saja. Wajahnya masih seperti biasa kami melihatnya: ganteng. Tapi kali ini papi tidak terbangun mendengar kedatangan saia. Papi tetap pada posisinya. Berbaring tenang macam orang tertidur pulas. Padahal meninggal dunia.

Sehari sebelum

Telepon berbunyi. Hari sudah malam dan saia sudah bersiap tidur. Telepon tidak mengerti kalau saia sudah males menjawab telepon dikarenakan sudah mengantuk, tapi dia terus saja menjerit-jerit minta diangkat.

“halo?”
“Gita, kita hampir saja tidak bisa ketemu lagi, tidak bisa dengan suara satu sama lain lagi”

Saia diam. Maksudnya gimana ya papi ini. Saia belum paham arah pembicarannya. Ditambah lagi kan, lagi ngantuk.

“barusan papi ngga sadar, Git! Dokter dan tim nya pasang alat-alat di tubuh papi. Papi disetrum dengan alat kejut jantung, persis di filem-filem.”

Saia menyimak. Lalu tak lama  saia merespon dengan judes,

“lagian papi sih, kan kata dokter jangan banyak gerak, istirahat aja”
“papi ngga banyak gerak kok, papi lagi istirahat emang, tapi tiba-tiba aja tidak sadar. Pas terbangun ya gitu, banyak alat-alat nempel di badan, kata suster papi ini sempet berhenti jantungnya”
“ya udah, Alhamdulillah ya, sekarang papi istirahat ya, bentar lagi Gita sampai disana, gantian sama uni.”

Sore itu saia menemani papi sambil ngobrol sama temen-temen yang datang menjenguk papi.

Malamnya saia pulang sebelum kakak saia sampai di rumah sakit untuk menjaga papi sampai pagi.  Ngga nyangka itu momen terakhir ketemu papi. Besok paginya telepon dari kakak mengabarkan papi meninggalkan kita semua di dunia. Ah, papi..memang penyesalan itu datang belakangan. Bener kalo dibilang akan jadi ‘pendaftaran’ misal datangnya duluan..

Beberapa kali saia mimpi pergi lagi ke rumah sakit, ke ruangan dimana papi terakhir kali dirawat, hingga hari terakhirnya di dunia ini. Ruangan itu kosong saja dalam mimpi saia. sepi. tidak ada sesiapapun disana. Tapi saia yakin sekali itu kamar papi dirawat. 

Hingga akhirnya saia hingga hari ini tidak pernah lagi mimpi menjenguk ruangan itu. Yang masih saia lakukan hingga kini adalah mendoakannya. Saia pun mengajak anak-anak saia menyertakan namanya dalam doa mereka selepas salat. Mudah-mudahan papi bahagia disana ya, papi sayang….

“Wahai Allah, ampunilah, rahmatilah, bebaskanlah dan lepaskanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan lah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan lah jalan masuknya cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta istri yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia kedalam surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnah nya, dan dari siksa api neraka. Wahai Allah berikanlah ampun, kami yang masih hidup dan kami yang telah meninggal dunia, kami yang hadir, kami yang ghoib, kami yang kecil-kecil kami yang dewasa, kami yang pria maupun wanita. Wahai Allah, siapapun yang Engkau hidupkan dari kami, maka hidupkanlah dalam keadaan iman. Wahai Allah janganlah Engkau menghalangi kami, akan pahala beramal kepadanya dan janganlah Engkau menyesatkan kami sepeninggal dia dengan mendapat rahmat-Mu wahai Tuhan lebih belas kasihan. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

aamiin…

Kampung Pela, 10 Januari 2018, 23:06 WIB
-disaat sedang mengingatingat apakah papi meninggal di tanggal ini, delapan belas tahun lalu


Comments

Popular Posts