d real hero...

   Lelaki itu memasuki rumahnya dengan deraan letih yang amat sangat di sekujur tubuhnya. Setelah beberapa minggu belakangan ini bekerja membanting tulang menjadi buruh bangunan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
   Menjadi buruh bangunan bukan pekerjaan yang dapat menumbuhkan rasa aman untuk menjamin kesejahteraan keluarganya. Kadang tak satupun pekerjaan datang padanya. Dan itu membuatnya harus senantiasa pandai mencari kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
   Melakukan segala pekerjaan baik dan halal yang sanggup dilakukan demi keluarga tercinta, adalah sesuatu yang memang dianggapnya sebagai kewajiban sebagai kepala keluarga. Terlebih bila terbayang di matanya, kegembiraan gadis-gadis kecilnya tercinta, yang selalu menyambut kedatangannya dengan riang gembira, membawa atau tidak membawa buah tangan untuk mereka.
   Dengan penat luar biasa dan rasa nyeri disana-sini, lelaki itu duduk di lantai rumahnya. Di dalam rumah petakannya memang tidak tersedia bangku atau perabotan rumah tangga berarti lainnya. Perlahan ia menyandarkan punggungnya yang basah oleh keringat ke dinding rumah yang separuhnya masih terbuat dari triplek.
   Sejenak ia memejamkan mata. Menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan-pelan. Sayup ia mendengar celoteh kedua putrinya dari arah luar rumah. Mereka rupanya sedang bernyanyi. Mengulang lagu yang diajarkan guru mengaji mereka di langgar dekat rumahnya. Semakin lama suara mereka semakin jelas terdengar.
“Pahlawan keluargakuu.. Dengan basmallah ayahku bekerjaa.. tetes keringatnyaa.. bagai mutiaraa.. bagii.. keluargaakuuu…”
   Mata lelaki itu terbuka perlahan. Pandangannya tertuju ke langit-langit petakannya yang tanpa eternit. Langsung memperlihatkan susunan genteng dari tanah liat bakar bewarna merah kusam kecoklatan, di atas bambu-bambu yang malang melintang menopang atap. 
   Dalam waktu kurang dari sedetik, ia merasa lehernya tercekat. Sulit menelan. Matanya menghangat. Segera saja ia merasakan sesuatu yang hangat itu berkumpul di sudut-sudut mata. Mengalir ke pipinya yang cekung dan berkulit kasar, hangus terbakar matahari.
   Rasa haru menyesakkan dadanya. Membuatnya sulit bernafas. Degup jantungnya bertambah cepat dari biasanya. Seketika kelelahan yang sedari tadi membebaninya hingga sulit bergerak, terlupakan sementara.
   Lelaki itu mengucap syukur pada Tuhan atas keluarga yang dimiliki. Isteri dan kedua puteri kecilnya adalah salah satu alasan utama yang membuatnya sanggup menahan keletihan hidup dan melawan keputusasaan yang kerapkali datang menghampiri. 
   Keluargalah yang membuatnya semakin bersemangat dalam bekerja. Mereka juga yang membuatnya bersungguh-sungguh dalam setiap urusan. Berhati-hati dalam tiap kegiatan.
   Karena ada dua pasang mata penuh binar cinta untuknya. Karena ada seorang muslimah yang amat dicintai dan mencintainya. Mendukungnya dengan segala hormat dan kasih sayang. Menghargainya penuh sangat.
   Mereka memerlukan tanggungjawabnya sebagai pemberi naungan hidup yang aman. Dunia sekaligus akhirat. Menjadikan lelaki itu tidak lagi bukan siapa-siapa kecuali seorang buruh bangunan. Melainkan menjadikannya seorang pahlawan. Seorang pahlawan bagi keluarganya.
   Nyanyian itu terhenti ketika pintu rumah lelaki itu terbuka. Menampakkan langsung sosok lelaki tadi pada sepasang gadis kecil yang terbelalak memandangnya. Penuh cinta dan kekaguman.

”Bapaakk...!”
 
(Ge’) 
  
  
  
 

Comments

gendo said…
goo/GeNdO 1.43 am

Mungkinkah suasana ini akan gw dapatkan ketika gw memiliki keluarga git ??? who knows ....

yg ada gw hanya berikhtiar untuk belajar menjadi insan yang baik, dilanjutkan menjadi suami yang baik (yang menjadi teladan bagi istrinya), menjadi bapak yang baik (yang menjaga anak" dan istrinya dari api neraka), menjadi hamba 4JJI yang baik ... menjadi orang yang kehadirannya membawa manfaat dan bukan menjadi orang yang tidak bermanfaat ...

yeah... hopefully my dreams become true ...
aamiin ....
jamil said…
to gendo:

ketika loe berupaya keras menjadi personal yang membahagiakan orang lain

maka loe akan serta merta menjadi personal yang dicintai orang lain..

(amin)
Anonymous said…
duh, ge...

speechless

(vita)
jamil said…
to vita:

duh, vit..
kekaguman itu bertambah tambah saja kian hari
tiap aku ke swalayan
belanja barang kebutuhan rumah tangga yang tidak murah
tiap jenguk temen lahiran dengan biaya yang tidak jauh dari mahal
tiap saat
tiap itu pula
sosok seorang kepala keluarga yang betanggung jawab
semakin mulia di mata ku..

hiks...
=)

Popular Posts