Mikir Iseng

Awalnya inget kiriman e-mail dari temen beberapa waktu lalu dengan judul “Aku ini anak siapa”. Plesetan dari lagu grup musik yang lagi naik daun. Persis ulet. Jadi inget tentang kita ini “anak siapa” siy sebenarnya.

Suatu hari di balsem. Julukan untuk kantin fakultas dimasa lalu (jiaaa… lalu niy ye…). 7-8 tahun yang lalu. Saya ngobrol-ngobrol sama teman-teman. Ngobrol ini ngobrol itu ngobrol apa saja. Terselip obrolan tentang siapa individu yang paling berpengaruh dalam hidup kita.

Ada yang bilang mama, bapak, kakak, teman, guru, ustadz, dan lain-lain. Tergantung darimana mereka merasa banyak terpengaruh dalam hal pemikiran, sikap, bahkan cara berjalan atau intonasi bicara.

Pernah salah seorang kakak saya bercerita. Temannya punya adik angkat yang diasuh oleh orangtuanya sejak masih bayi. Ketika kakak saya menelepon ke rumah temannya tersebut, suara dan gaya bicara si adik temannya yang anak angkat itu (nah loh! Bingung deh!) ternyata mirip dengan suara anggota keluarga lainnya. Dan ketika kakak saya berkunjung ke rumah temannya tersebut (dan bertemu adik angkat si temannya itu) ia pun melihat bahwa gerak gerik, air muka si adik angkat itu jadi benar benar mirip dan sesuai dengan gesture dan mimik muka keluarga temannya tersebut.

Mungkin memang tempat dimana kita banyak berinteraksi, apalagi ditempat dimana kita bertumbuh dan berkembang, mempengaruhi kita dengan sangat. Malah ada yang bilang binatang peliharaan pun bisa jadi mirip sama tuannya. Apa kebalikannya ya? Hehehe.. ketika saya punya anak kucing sebagai peliharaan, kata teman saya kucing saya hiperaktif. Ngga bisa diam. Padahal saya tidak seperti itu. Si anak kucing yang berlalri kesana kemari sepanjang hari itu sungguh tidak mirip saya. Kecuali saya pelihara kukang. Nnaaahh.. agak mirip miriplah sama saya. Malas bergerak hehehe..

Jadi mo ngomongin lingkungan apa binatang peliharaan nih? Ya terserah sih.. intinya sih tadi pin berbagi kalo katanya sih kita itu terpengaruh oleh lingkungan sekitar kita. Kita memang 50% daddy dan 50% mommy. Benar itu. Dan masa kecil kita pasti dipengaruhi orangtua atau keluarga dekat. Tapi setelah itu kita juga dipengaruhi orang orang yang kita kenal. Baik dari interaksi lagsung maupun tidak. Yang tidak ini mungkin kita kenali dari profil dirinya, dari cerita orang lain kepada kita. Atau apa saja.

Pertanyaannya adalah, dari individu individu yang kita temui sejak dulu hingga kini, siapakah yang paling berpengaruh? Bisa secara keseluruhan, atau tidak. Karena bisa saja kan cara jalan kita mirip ibu. Gaya bicara seperti Bapak. Pemikiran terpengaruh guru sekolah atau dosen atau guru mengaji. Gaya menulis terpengaruh penulis tertentu. Gaya berpakaian terpengaruh teman. Dan lain lain. Dan lain lain.

Untuk pengaruh pengaruh tidak atau minimal kurang baik, kita perlu mengevaluasi terus diri kita agar perlahan dapat meminimalisir kekurangan kekurangan itu. Buat yang dah bikin kita jadi personal yang masuk ke kategori “baik”, kita perlu sering sering mengingat mereka nih. Karena jika kita tidak pernah ‘bersentuhan’ dengan mereka, kita tidak menjadi diri kita di hari ini. Jadi kita di hari ini.



(Zirlygita Jamil)

Comments

Anonymous said…
wah satu ini kayaknya aku pecah kepribadian. kadang selembut domba kadang menyalak kayak...rentetan senjata.semua jadi absurd...ya,tapi kata orang tua dulu sih kalau pengen lihat siapa kita lihat anak kita nantinya....dia jadi apa..believe or not lah.
( tri )
jamil said…
Buat Abah Tri:

hehehehe....
emang siy
seperti yang aku pernah tulis
di salah satu tulisan ku

oneday aku liat iklan salah satu brand pakaian-sepatu-perlengkapan anak anak
gambarnya anak kecil digandeng mama papa nya dengan headline:
"50% mom, 50% dad, and 100% me"

berati kita emang gen orangtua kita
dan nasab kita, 1/4 gen nenek kakek gitu hihi

tapi ngga juga ah
kalo kita kayak apa liat anak kita

maksudnya,
insya Allah siy anak Abah Tri bakal soleh kok
ngga kayak Abah...

(lhaa?)

*pletaakkk!!!*

(duh! ampun Abah Tri... Hampura atuh...)

*lari ngibrit*

Popular Posts